^ Scroll to Top

Saturday, July 5, 2008

Dahsyatnya Sakaratul Maut

"Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa
berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya)
pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai
menangisi diri kalian sendiri".

(Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan). Datangnya Kematian Menurut Al
Qur'an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun
kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian. Katakanlah:
"Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah
ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka
terbunuh". Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada
dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah
Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik
benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang
canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini. Di
mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka
memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah",
dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini
(datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang)
dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik)
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7
Artinya :Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari
harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak
menurut bahagian yang telah ditetapkan.'

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka
sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan
dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS
al-Jumu'ah, 62:

4. Kematian datang secara tiba-tiba. Sesungguhnya Allah, hanya pada
sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau
dipercepat Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian)
seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : "Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan
tusukan tiga ratus pedang" (HR Tirmidzi)

Sabda Rasulullah SAW : "Kematian yang paling ringan ibarat sebatang
pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang
pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera
yang tersobek ?" (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .

Ka'b al-Ahbar berpendapat : "Sakaratul maut ibarat sebatang pohon
berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki
menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua
bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa".

Imam Ghozali berpendapat : "Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul
maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga
bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan
dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap
akar rambut dan kulit kepala hingga kaki".

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil
yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia
menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa
mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu
cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari
salah satu kuburan. "Wahai manusia !", kata pria tersebut. "Apa yang
kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami
kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum
juga hilang dariku."

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap
orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan
waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian
seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi)
Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi
negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6
bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan
oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai
macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan
atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan
mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses
pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana
Allah. Wallahu a'lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang
keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika
mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran
perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam,
rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu
dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari
mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan
tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan
memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang
pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal
hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah
menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita,
menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak
tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan
dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja
yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan
memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita
melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa
tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang
zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para
malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah
nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat
menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan)
yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayat-Nya. (QS Al-An'am 6:93)

(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan
berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri
(sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu
kejahatan pun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan". Maka masukilah pintu-pintu
neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat
orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya
wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat
akan berkata, "Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik,
engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah
perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan
burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah
tidak memberimu balasan yang baik ! " Ketika itulah orang yang
sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah
hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah
saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat.
Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tak seorangpun diantara kalian yang
akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya
dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka".

Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang
zhalim di neraka, "Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah
engkau merasakan siksa neraka". Naudzu bila min dzalik!

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat
rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan
menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: "Apakah yang telah
diturunkan oleh Tuhanmu?" Mereka menjawab: "(Allah telah menurunkan)
kebaikan". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat
(pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih
baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu)
surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya
sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang
mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang
yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik
oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Assalamu
alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah
kamu kerjakan". (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan
surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata
padanya, "Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak,
bergembiralah dalam masa-masa menunggumu".




...dalam DADA..ada rasa CINTA yang MEMBARA..dalam CINTA ada KITA berdua..."Cinta agung itu hanyalah cinta kepada Maha Pencipta.."

Menyucikan Najis

Apa yang dimaksudkan najis?

Najis bermaksud kekotoran yang menghalang sahnya sembahyang, yakni;
tidak sah sembahyang jika terdapat pada pakaian atau badan atau tempat
sembahyang. Pada dasarnya, setiap benda yang ada di alam ini adalah
suci dan tidak najis kecualilah perkara-perkara yang telah dinyatakan
oleh Syara' sebagai najis. Selagi tidak ada nas atau dalil Syara'
menjelaskan bahawa sesuatu itu najis, maka ia kekal dengan hukum
asalnya iaitu suci dan bersih.

Apakah benda-benda yang dianggap najis oleh Syarak?

Menurut Imam Ibnu Rusyd; empat benda disepakati oleh ulamak sebagai
najis, iaitu;
1. Bangkai haiwan darat yang berdarah mengalir
2. Daging babi
3. Darah dari haiwan darat jika ia mengalir, yakni banyak.
4. Air kencing manusia dan tahinya.

Selain dari empat di atas (seperti; arak, tahi binatang, muntah dan
sebagainya lagi) di kalangan ulamak terdapat beza pandangan; ada yang
menganggapnya najis dan ada yang tidak. Menurut Imam asy-Syaukani;
perkara-perkara yang ada dalil Syarak menyebutnya sebagai najis ialah;
1. Tahi dan air kencing manusia
2. Air liur anjing
3. Tahi binatang (khusus kepada tahi kuda, baghal dan kaldai sahaja
menurut beliau)
4. Darah haid (lain dari darah haid (iaitu darah biasa) tidak najis
menurut beliau).
5. Daging babi

Hanya lima di atas sahaja –menurut Imam Syaukani- yang mempunyai dalil
yang jelas dari Syarak tentang kenajisannya. Selain darinya adalah
khilaf di kalangan ulamak".

Adapun dalam mazhab Syafi'ie, ada 13 perkara yang diputuskan sebagai
najis berdasarkan ijtihad ulamak-ulamak mazhab, iaitu;
1. Anjing; semua juzuk di badan anjing adalah najis.
2. Babi; semua juzuk di badan babi adalah najis.
3. Air kencing; semua jenis air kencing adalah najis sama ada dari
manusia atau haiwan.
4. Tahi; semua jenis tahi adalah najis sama ada tahi manusia atau haiwan.
5. Air mazi; iaitu cecair nipis berwarna kekuningan yang keluar dari
kemaluan ketika naik syahwat.
6. Air madi; iaitu cecair kental berwarna putih yang keluar dari
kemaluan selepas kencing atau selepas keletihan.
7. Arak dan semua minuman yang memabukkan seperti tuak dan seumpamanya.
8. Bangkai/mayat; kecuali mayat manusia, bangkai haiwan laut (ikan dan
sebagainya) dan belalang.
9. Darah; semua jenis darah adalah najis sama ada darah manusia atau
haiwan.
10. Nanah
11. Anggota yang terpisah dari haiwan ketika masih hidupnya; kecuali
bulu binatang yang halal dimakan seperti bulu biri-biri, bulu ayam dan
sebagainya.
12. Susu binatang yang tidak halal dimakan dagingnya.
13. Muntah

Apakah kaifiyat bersuci dari najis yang ditetapkan oleh Syarak?

1. Bersuci dengan menggunakan air
2. Bersuci dengan air bercampur tanah
3. Bersuci dengan benda-benda kesat
4. Bersuci dengan menggosok ke tanah

Bagaimana caranya bersuci dengan air?

Menggunakan air adalah cara asal dalam bersuci. Tidak harus berpaling
dari menggunakan air dalam bersuci kecuali dengan keizinan dari
Syarak. Adapun cara bersuci dengan air ialah;
Pertama; Buang najis terlebih dahulu,
Kedua; Basuh tempat yang terkena najis itu dengan air hingga hilang
sifat-sifatnya iaitu warnanya, baunya dan rasanya. Jika sekali basuhan
telah dapat menghilangkannya, tidak perlu lagi diulangi basuhan. Jika
tidak, wajib diulangi lagi basuhan termasuk dengan menggosok-gosoknya
atau melakukan seumpamanya. Setelah dibasuh berulang kali, namun warna
najis masih tidak tanggal atau baunya masih tidak hilang, ketika itu
dimaafkan, yakni basuhan dianggap sempurna dan tidak perlu diulangi lagi.

Dikecualikan jika najis itu ialah air kencing kanak-kanak lelaki yang
belum berumur dua tahun dan belum menikmati sebarang makanan kecuali
susu ibunya, maka memadai dengan merenjis air hingga meratai kawasan
yang terkena air kencing itu, kemudian dibiarkan kering. Tidak perlu
membasuhnya atau mengalirkan air ke atasnya. Ummu Qais binti Mihsan
–radhiyallahu `anha-. Menceritakan; "Beliau membawa seorang bayi
lelaki yang belum memakan sebarang makanan kepada Rasulullah
–sallallahu `alaihi wasallam-, tiba-tiba bayi itu kencing di atas
pakaian baginda. Baginda meminta air, lalu merenjis pakaiannya dan
baginda tidak membasuhnya". (Riwayat Imam al-Bukhari)

Apakah najis yang perlu dibasuh menggunakan air bercampur tanah?
Bagaimana caranya?

Iaitu najis anjing kerana Nabi –sallallahu `alaihi wasallam- bersabda;
"Apabila bekas kamu dijilat oleh anjing, hendaklah kamu membasuhnya
tujuh kali; kali pertama dengan tanah" (Riwayat Imam Muslim). Caranya
ialah;

Pertama; Buang najis terlebih dahulu
Kedua; Basuh tempat yang terkena najis anjing itu dengan air yang
bercampur tanah (sekali sahaja).
Ketiga; Bilas dengan air biasa sebanyak enam kali.

Oleh kerana cara membasuh najis anjing di atas lebih berat berbanding
cara membasuh najis-najis yang lain, maka kerana itu najis anjing
dinamakan ulamak dengan najis mughallazah (najis berat).

Adakah najis babi juga mesti di basuh dengan air bercampur tanah?

Ulamak-ulamak berbeza pandangan tentang babi; adakah ia termasuk dalam
najis berat (mughalladzah) sebagaimana anjing di atas, atau ia hanya
terdiri dari najis biasa (seperti arak, air kencing, tahi dan
sebagainya) yang mencukupi dibasuh dengan air seperti biasa? Ada dua
pandangan;

Pertama; Jumhur ulamak berpandangan; babi sama seperti najis-najis
yang lain, iaitu mencukupi dibasuh seperti biasa hingga hilang
kesan-kesannya. Tidak perlu diulangi basuhan hingga tujuh kali dan
tidak perlu menggunakan tanah. Mengikut pandangan jumhur ulamak, najis
berat hanya satu sahaja iaitu anjing. Dalil mereka ialah sabda Nabi
–sallallahu `alaihi wasallam-; "Apabila anjing menjilat bekas salah
seseorang dari kamu, cara menyucinya ialah dengan ia membasuhnya
sebanyak tujuh kali, kali pertamanya dengan tanah" (Riwayat Imam
Muslim dari Abu Hurairah –radhiyallahu `anhu-). Di dalam hadis ini,
Nabi hanya menyebut anjing sahaja, tidak menyebutkan najis yang lain
termasuk babi.

Kedua; mengikut mazhab Syafi'ie; babi sama seperti anjing, oleh itu ia
mesti dibasuh sebanyak tujuh kali dan salah satu basuhan mesti dengan
air bercampur tanah. Dalil mereka ialah dengan mengkiaskannya kepada
anjing kerana babi lebih buruk keadaannya dari anjing di mana
pengharaman memakannya adalah sabit dengan nas al-Quran, adapun
pengharaman memakan anjing hanya sabit dengan ijtihad.

Adakah harus tanah digantikan dengan sabun atau bahan pencuci lain?

Bagi masalah ini juga ada perbezaan pandangan di kalangan ulamak;

Pandangan pertama; tidak harus kerana cucian dengan tanah itu adalah
arahan Syarak. Halnya sama seperti tayammum yang diarahkan oleh Syarak
menggunakan tanah, maka tidak harus dialihkan kepada yang lain. Arahan
menggunakan tanah itu bersifat ibadah, oleh itu tidak harus dinilai
berdasarkan akal atau logik. Ini adalah pandangan yang rajih dalam
mazhab Syafi'ie.

Pandangan kedua; harus tanah itu digantikan dengan sabun kerana
penggunaan sabun lebih berkesan dari tanah dalam menghilangkan najis.
Nabi menyebutkan tanah dalam hadis tadi bukan bertujuan membataskannya
kepada tanah, tetapi untuk menegaskan perlunya penyucian najis berat
itu dibantu dengan bahan lain di samping air. Masalah ini ada
persamaannya dengan istinjak di mana selain dengan air, Nabi juga
mengharuskan istinjak dengan batu. Menurut ulamak; walaupun nabi hanya
menyebutkan batu, namun dikiaskan kepadanya bahan-bahan lain yang
bersifat kesat dan berupaya menanggalkan najis seperti kertas, tisu
kesat dan sebagainya. Nabi menyebut batu bukanlah bertujuan
membataskannya kepada batu, tetapi untuk menjelaskan keharusan
beristinjak dengan batu atau bahan-bahan lain yang mempunyai sifat
yang sama. Ini adalah pandangan jumhur ulamak mazhab Hanbali.

Pandangan ketiga; Dalam keadaan terdapat tanah, wajiblah basuhan
menggunakan tanah dan tidak harus berpindah kepada bahan yang lain
sama ada sabun atau sebagainya. Jika tidak ada tanah, barulah harus
menggunakan bahan yang lain menggantikan tanah. Ini adalah pandangan
Abu Hamid (salah seorang ulamak mazhab Hanbali).

Apakah yang dimaksudkan dengan benda-benda kesat? Bilakah harus
bersuci dengannya?

Benda-benda kesat adalah seperti batu, kertas atau tisu yang kesat,
kayu dan sebagainya. Benda-benda kesat ini harus digunakan untuk
beristinjak iaitu membersihkan najis di kemaluan setelah kencing atau
berak. Telah sabit di dalam hadis bahawa Nabi sallallahu `alaihi
wasallam- menggunakan batu untuk beristinjak. Maka dikiaskan kepadanya
segala benda yang kesat yang dapat menanggalkan najis dari dua saluran
tersebut.

Apa syarat beristinjak dengan benda kesat?

Paling baik ialah berinstinjak dengan air kerana ia lebih menyucikan.
Diharuskan beristinjak dengan benda-benda kesat sahaja sekalipun
terdapat air, tetapi hendaklah dengan memenuhi syarat-syarat di bawah;

1. Hendaklah dengan sekurang-kurangnya tiga kali sapuan. Tidak harus
kurang dari tiga kali sapuan sekalipun telah kelihatan bersih dengan
sekali atau dua kali sapuan. Ini kerana tiga kali sapuan itu adalah
had minima yang ditetapkan Nabi –sallallahu `alaihi wasallam-. Salman
–radhiyallahu `anhu- menceritakan; "Nabi menegah kami dari beristinjak
kurang dari tiga batu (yakni tiga sapuan batu)" (Riwayat Imam Bukhari,
Muslim, Tirmizi, Abu Daud dan Nasai). Jika tiga kali sapuan tidak
mencukupi, wajib ditambah dan sunat tambahan itu ganjil (yakni lima,
tujuh dan sebagainya).

2. Hendaklah najis tidak melepasi papan punggung atau hasyafah (yakni
kepala zakar). Jika najis meleleh melepasi kawasan tersebut, wajib
istinjak dengan air.

3. Hendaklah sebelum najis kering. Jika najis telah kering, wajib
istinjak dengan air.

4. Bahan yang digunakan hendaklah bersih dan kering. Sifatnya
hendaklah boleh menanggalkan najis, iaitu tidak terlalu licin atau
terlalu kasar kerana tujuan intinjak ialah untuk menanggalkan najis,
maka hendaklah bahan yang digunakan boleh memenuhi tujuan tersebut.

5. Bahan yang digunakan bukan dari makanan manusia atau jin seperti
tulang. Sabda Nabi; "Janganlah kamu beristinjak dengan tahi binatang,
dan juga dengan tulang kerana ia adalah makanan saudara kamu dari
kalangan jin". (Riwayat Imam at-Tirmizi)

Bagaimana yang dikatakan bersuci dengan menggosok ke tanah?

Iaitu cara bersuci yang disebut oleh Nabi di dalam hadisnya; "Jika
seseorang kamu datang ke masjid, hendaklah ia menterbalikkan dua
sepatunya dan memerhatikannya; jika ia nampak ada najis, hendaklah ia
menggosoknya ke tanah, kemudian tunaikan solat dengan memakai
sepatunya itu". (Riwayat Imam Ahmad, Abu Daud, Ibnu Hibban dan
al-Hakim dari Abu Said al-Khudri r.a.).

Berdalilkan hadis ini, sebahagian ulamak –antaranya Imam Abu Hanifah-
menegaskan; "Kasut atau sepatu yang terkena najis –sama ada kering
atau basah- memadai menyucinya dengan menggosoknya ke tanah hingga
hilang kesan najis pada kasut tersebut".

Bagaimana cara menyucikan tanah yang dikenai najis?

Tanah yang terkena najis, cara menyucinya ialah;
Pertama; hendaklah dibuang terlebih dahulu najis jika kelihatan.
Kedua; setelah dibuang najis, curahkan sebaldi air ke atas tanah yang
terkena najis itu dan biarkan ia kering. Abu Hurairah r.a. telah
menceritakan; "Seorang lelaki dari pedalaman datang ke masjid Nabi
s.a.w.. Tiba-tiba ia bangun dan kencing di satu penjuru masjid. Lalu
Nabi s.a.w. berkata; "'Curahkan sebaldi air ke atas tempat yang
terkena air kencingnya". (Riwayat Imam al-Bukhari)

Jika seseorang itu selepas mengerjakan solat, ia ternampak najis di
pakaiannya; adakah wajib ia mengulangi solatnya?

Para ulamak berbeza pandangan dalam masalah ini;

1. Ulamak-ulamak mazhab Syafi'ie- menegaskan; batal solatnya dan wajib
diulangi kerana ia menunaikan solat dalam keadaan tidak memenuhi
syarat sahnya iaitu bersuci. Adapun sangkaannya semasa sedang solat
–bahawa ia bersih dari najis-, maka sangkaan itu tidak dikira kerana
telah terbukti salah. Kaedah Fiqh menyebutkan; "Tidak diambil kira
sangkaan yag telah ternyata salahnya".

2. Menurut mazhab Imam Abu Hanifah; tidak batal solatnya jika najis
itu sedikit. Jika najis itu banyak, batallah solat dan wajib diulangi
semula.

3. Ada ulamak berpandangan; tidak batal solatnya secara keseluruhannya
sama ada najis itu sedikit atau banyak. Mereka berdalilkan hadis dari
Abu Sa'id al-Khudri –radhiyallahu `anhu- yang menceritakan; "Suatu
hari kami mengerjakan solat bersama Nabi –sallallahu `alaihi
wasallam-. Ditengah solat, Nabi menanggalkan dua kasutnya dan
meletaknya di sebelah kirinya. Melihat berbuatan Nabi itu, kami pun
turut melakukannya. Selesai solat, Nabi bertanya; "Kenapa kamu semua
menanggalkan kasut?". Kami menjawab; "Kami melihat kamu melakukannya,
maka kami pun turut melakukannya". Nabi berkata; "Di tengah solat
tadi, Jibril datang kepadaku dan memberitahu bahawa di kasutku
terdapat najis/kekotoran, maka kerana itulah aku menanggalkannya. Jika
seseorang kamu datang ke masjid, hendaklah ia menterbalikkan dua
kasutnya dan memerhatikannya; jika ia nampak ada najis, hendaklah ia
menggosoknya ke tanah, kemudian bolehlah ia menunaikan solat dengan
memakai kasutnya itu" (Riwayat Imam Ahmad dan Abu Daud). Berkata Imam
al-Khattabi; hadis ini menjadi dalil bahawa sesiapa menunaikan solat
sedang di pakaiannya terdapat najis yang tidak diketahuinya, maka
solatnya adalah sah dan tidak perlu ia mengulanginya". Selain Imam
al-Khattabi, ulamak yang berpandangan serupa ialah Imam Ibnu
Taimiyyah. Di dalam al-Fatawa al-Kubra, Imam Ibnu Taimiyyah
menegaskan; "Sesiapa menunaikan solat dengan ada najis (di pakainnya)
kerana lupa atau tidak tahu, tidak perlu ia ulangi solatnya".




...dalam DADA..ada rasa CINTA yang MEMBARA..dalam CINTA ada KITA berdua..."Cinta agung itu hanyalah cinta kepada Maha Pencipta.."

Thursday, July 3, 2008

Rezeki Halal Bawa Barakah

RASULULLAH SAW bersabda yang bermaksud: “Mereka yang mencari harta dunia (kekayaan) dengan jalan yang halal dan menahan dirinya daripada meminta-minta (tidak menjadi pengemis) dan berusaha mencari nafkah untuk keluarganya serta belas kasihan, kasih sayang terhadap jiran tetangganya, nescaya pada hari kiamat kelak ia akan berjumpa dengan Allah dengan mukanya berseri-seri seperti bulan purnama pada waktu malam.” (Hadis riwayat At-Tabrani)

Sesungguhnya Allah kasih kepada orang yang berusaha atau bekerja mencari rezeki dengan titik peluh sendiri di mana dengan itu dia dapat memenuhi keperluan dan tanggungjawabnya terhadap diri, keluarga dan masyarakat. Malah, kedudukannya adalah lebih baik daripada bersikap pemalas dan meminta-minta daripada orang lain.

Allah menetapkan dalam sunnah kehidupan bahawa kejayaan itu adalah hasil daripada kerja tekun dan dedikasi. Inilah antara maksud jihad yang dituntut Islam. Perlu diingat bahawa hanya rezeki yang halal saja mesti dicari kerana di situlah letaknya keberkatan dan ganjaran daripada Allah.

Sedangkan rezeki yang diambil daripada punca haram akan menimbulkan kecelakaan.




...dalam DADA..ada rasa CINTA yang MEMBARA..dalam CINTA ada KITA berdua..."Cinta agung itu hanyalah cinta kepada Maha Pencipta.."

Allah tolak amalan individu mengungkit setiap pemberian, sakiti hati penerima

"BANDINGAN (derma) orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah ialah sama seperti biji benih yang menerbitkan tujuh tangkai; tiap-tiap tangkai itu pula mengandungi seratus biji dan ingatlah Allah akan melipatgandakan pahala bagi sesiapa yang dikehendaki dan Allah Maha Luas (rahmat) kurnianya lagi meliputi ilmu pengetahuannya." (Surah al Baqarah, ayat 261)

Ayat itu diturunkan Allah berkaitan dua peristiwa sahabat Rasulullah SAW iaitu Uthman bin Affan dan Abdul Rahman bin Auf.

Suatu ketika Abdul Rahman bin Auf menghadap Rasulullah SAW sambil membawa wang sebanyak empat ribu dirham untuk disedekahkan. Abdul Rahman berkata, "Aku mempunyai lapan ribu dirham, aku simpan empat ribu dirham daripadanya untuk diriku dan keluargaku, empat ribu dirham lagi aku pinjamkan untuk Tuhanku. Lantas Rasulullah SAW bersabda: "Semoga Allah memberkati kamu pada apa yang kamu simpan dan apa yang kamu berikan."

Saidina Uthman pula berkata: "Menjadi tanggungjawab saya menyediakan kelengkapan untuk orang yang tidak memiliki kelengkapan dalam peperangan Tabuk." Lalu beliau menyediakan seribu unta siap dilengkapi tali hidung dan pelananya. Beliau juga mewakafkan perigi miliknya yang bernama Bir Ruumah kepada kaum Muslimin. Bersempena dua peristiwa itu, Allah menurunkan ayat di atas.

Abu Said al Khudri berkata, "Saya melihat Rasulullah SAW menadah tangan ke langit seraya berdoa untuk Uthman. "Ya Tuhan, sesungguhnya aku meredai Uthman bin Affan, maka engkau redailah dia." Baginda terus menadah tangan sehingga terbit fajar.

Allah SWT kemudian berfirman bermaksud: "Bandingan (derma) orang yang membelanjakan hartanya pada jalan Allah..." (Surah al Baqarah, ayat 261)

Ayat sebelumnya banyak berkaitan dengan hari kebangkitan. Allah memberikan penegasan berhubung semua manusia akan dibangkitkan di suatu tempat untuk disempurnakan ganjaran mereka sesudah dihisab.

Ayat di atas pula diturunkan dengan memfokuskan kelebihan dan ganjaran infaq di jalan Allah. Ia boleh dianggap sebagai usaha atau amal kebaktian yang bakal menjadi sebahagian pertimbangan pada hari kebangkitan kelak.

Ada banyak kupasan kebaktian yang boleh dikategorikan 'pada jalan Allah' seperti disebutkan dalam ayat itu antaranya ialah menyebarkan ilmu, usaha membasmi kejahilan, kemiskinan dan penyakit.

Tahap yang tertinggi ialah jihad memartabatkan kalimah Allah (agama Islam). Sesiapa berjihad selepas mengenal pasti dalil seperti ditunjukkan Nabi SAW, maka ia akan mendapat ganjaran besar.

Al-Quran berkali-kali menggalakkan supaya melakukan infaq kerana ia adalah satu wasilah bagi menghimpun kekayaan dan menjamin kesenangan untuk semua. Ia adalah satu-satunya cara memelihara kekuatan dan kemuliaan umat, di samping mengalahkan musuh yang menindas mereka.

Seandainya umat bersikap bakhil dengan hartanya, pastilah mereka akan dicengkam kehinaan dan kemelesetan. Ibn Umar berkata, "Tatkala ayat di atas diturunkan, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Ya Allah, tambahkanlah untuk umatku."

Susulan itu diturunkan firman Allah bermaksud: "Siapakah orangnya yang (mahu) memberikan pinjaman kepada Allah sebagai pinjaman yang baik (yang ikhlas) supaya Allah melipatgandakan balasannya dengan berganda-ganda banyaknya?" (Surah al-Baqarah, ayat 245)

Infaq (mengeluarkan harta pada jalan kebajikan) sebenarnya mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam sistem ekonomi. Istilah infaq ini termasuk zakat, sedekah dan segala perbelanjaan untuk jalan kebajikan (termasuk sedekah jariah dan wakaf).

Infaq juga boleh meraih keredaan Allah (merealisasikan perhambaan diri) serta membersih dan menyucikan harta (mengikis sifat cintakan harta, bakhil dan tamak) serta menetapkan matlamat sebenar penguasaan harta.

YaPEIM menerusi misi besarnya 'Membangun Ummah Melalui Budaya Beramal Jariah' mempunyai peranan besar dalam membudayakan amalan sadaqatul jariah ini.

Di negara kita, amalan ini dipraktikkan secara meluas sama ada menerusi saluran diinstitusikan, mahupun saluran tidak rasmi. Ada banyak institusi ibadah, pendidikan dan kebajikan didirikan atas asas amal jariah ini.

Dua perkara penting yang harus diberi perhatian ialah:

l Semangat beramal jariah ini jika digerakkan secara bersungguh-sungguh dan melalui penyediaan prasarana beramal jariah secara profesional (seperti di YaPEIM) dan didukung semua lapisan masyarakat berdasarkan tahap keupayaan masing-masing akan dapat mewujudkan sebuah dana besar serta boleh berperanan dengan lebih berkesan bagi membantu pembangunan sosioekonomi umat dan negara.

l Pelaksanaan Program Amal Jariah berdasarkan tafsiran yang luas, akan memungkinkan kita dapat menyelesaikan sebahagian permasalahan masyarakat di samping mempamerkan keindahan Islam yang sebenar.

Firman Allah bermaksud: "Kebaktian itu bukan hanya menghalakan mukamu ke arah Timur atau Barat, tetapi kebaktian ialah mereka yang beriman kepada Allah, hari Akhirat, malaikat, kitab suci, nabi dan memberi harta disayanginya kepada kaum kerabat, anak yatim, fakir miskin, orang yang terlantar dalam perjalanan, orang meminta bantuan, membebaskan hamba abdi, mendirikan solat, mengeluarkan zakat, menunaikan janji apabila mereka berjanji. Merekalah orang yang benar-benar berbakti dan merekalah orang yang benar-benar bertakwa."

Infaq merangkumi sunat dan wajib. Justeru, ada banyak jenis sumbangan kepada jalan Allah termasuk berasaskan amalan wajib iaitu zakat. Ayat di atas adalah khusus kepada infaq sunat dan digalakkan pada sebarang waktu.

Ayat berkenaan juga menjadi dalil bahawa pertanian adalah pekerjaan mulia dan sumber rezeki manusia yang baik sehingga Allah menjadikannya sebagai perumpamaan dalam al-Quran.

Infaq di jalan Allah tanpa mengungkit-ungkit dan menyakiti si penerima akan menjadi sebab kepada penerimaan Allah seperti Rasulullah SAW bersetuju dengan Uthman yang meletakkan seribu dirham di hadapan Rasulullah SAW untuk tujuan membeli kelengkapan perang Tabuk.

Sabda Rasulullah SAW bermaksud: "Tidak akan menimpa mudarat Ibn Affan dengan apa yang dilakukan selepas hari ini. Ya Allah janganlah engkau lupakan Uthman."

Firman Allah bermaksud: "Wahai orang beriman! Jangan rosakkan (pahala amal) sedekah kamu dengan perkataan mengungkit-ungkit dan kelakuan yang menyakiti…" (Surah al-Baqarah, ayat 264)

Allah memberikan ganjaran infaq di jalan-Nya dengan tiga perkara iaitu jaminan syurga; menghilangkan rasa takut selepas mati dan menghilangkan rasa sedih atau kemurungan atas apa-apa yang berlaku termasuk musibah di dunia.

Allah berfirman: "Mereka mendapat pahala di sisi Tuhan mereka dan tidak ada kebimbangan (daripada berlakunya kejadian tidak baik) terhadap mereka dan mereka pula tidak akan berdukacita." (Surah al-Baqarah, ayat 262)

Kata-kata yang baik adalah lebih mulia daripada sedekah diiringi dengan perbuatan menyakiti. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Kalimah yang baik adalah sedekah, sebahagian dari perbuatan yang baik ialah anda menemui sahabat dan wajah yang ceria."

Allah SWT menolak sedekah yang diikuti ungkitan dan perbuatan menyakiti. Allah menggunakan perkataan merosakkan atau membatalkan bagi mengungkapkan betapa Dia tidak menerima amalan berkenaan.



...dalam DADA..ada rasa CINTA yang MEMBARA..dalam CINTA ada KITA berdua..."Cinta agung itu hanyalah cinta kepada Maha Pencipta.."

Sambutlah kedatangan Bulan Rejab dengan amalan

Sama samalah kita ingat mengingati amalan amalan mulia yang penuh berkat ini???.
BULAN REJAB

Pada 4 Julai 2008 (Jumaat) kita memasuki bulan Rejab. Bulan Rejab adalah bulan Allah swt. Let's overview ada apa di sebalik bulan Rejab itu.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw telah bersabda, "Ketahuilah bahwa bln Rejab itu adalah bulan ALLAH swt, maka:"

1. Barang siapa yang berpuasa 1 hari dalam bulan ini dengan ikhlas, maka pasti ia mendapat keredhaan yang besar dari ALLAH swt

2. Dan barang siapa berpuasa pada tanggal 27 Rejab 1429h/Isra Mi'raj (Rabu, 30 Julai 2008) akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa

3. Barang siapa yang berpuasa 2 hari di bulan Rejab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH swt

4. Barang siapa yang berpuasa 3 hari yaitu pada tanggal 1, 2, dan 3 Rejab (4, 5, 6 Julai 2008) maka ALLAH swt akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia dan seksa akhirat

5. Barang siapa berpuasa 5 hari dalam bulan ini, insyaallah permintaannya akan dimakbulkan Allah swt..InsyaAllah

6. Barang siapa berpuasa 7 hari dalam bulan ini, maka ditutupkan 7 pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan 8 pintu syurga

7. Barang siapa berpuasa 15 hari dalam bulan ini, maka ALLAH swt akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah (hari-hari puasa) maka ALLAH swt akan menambahkan pahalanya."

Sabda Rasulullah saw lagi :"Pada malam Mi'raj, saya melihat sebuah sungai yang airnya lebih manis dari madu, lebih sejuk dari air batu dan lebih harum dari minyak wangi, lalu saya bertanya pada Jibril as "Wahai Jibril untuk siapakah sungai ini?"

Maka berkata Jibrilb as "Ya Muhammad sungai ini adalah untuk orang yang membaca selawat untuk engkau dibulan Rejab i ni."

Dalam sebuah riwayat Tsauban bercerita :"Ketika kami berjalan bersama-sama Rasulullah saw ke sebuah kubur, lalu Rasulullah saw berhenti dan beliau menangis dengan amat sedih, kemudian beliau berdoa kepada ALLAH swt. Lalu saya bertanya kepada beliau "Ya Rasulullah, mengapakah engkau menangis?" Lalu beliau bersabda "Wahai Tsauban, mereka itu sedang diseksa dalam kuburnya dan saya berdoa kepada ALLAH swt, lalu ALLAH swt meringankan atas mereka."

Sabda beliau lagi "Wahai Tsauban, kalaulah sekiranya mereka ini mahu berpuasa satu hari dan beribadah satu malam saja di bulan Rejab nescaya mereka tidak akan disiksa di dalam kubur..." Tsauban bertanya "Ya Rasulullah, apakah hanya berpuasa satu hari dan beribadah satu malam dalam bulan Rejab sudah dapat mengelakkan dari seksa kubur?"

Sabda beliau "Wahai Tsauban, demi ALLAH Zat yang telah mengutus saya sebagai nabi, tiada seorang muslim lelaki dan perempuan yang berpuasa satu hari dan mengerjakan solat malam sekali dalam bulan Rejab dengan niat karena ALLAH swt, kecuali ALLAH swt mencatatkan baginya seperti berpuasa satu tahun dan mengerjakan solat malam satu tahun."






...dalam DADA..ada rasa CINTA yang MEMBARA..dalam CINTA ada KITA berdua..."Cinta agung itu hanyalah cinta kepada Maha Pencipta.."

 
Dear Diary Blogger Template