^ Scroll to Top

Tuesday, January 6, 2009

Yesus A.S Menyampaikan Ajaran & Kesulitannya

Pada waktu Yesus (as) diutus, Bani Israel berada dalam kesulitan puncak, baik masalah politik maupun ekonomi. Di satu sisi, ada beberapa tindakan kejam yang mengakibatkan kesedihan pada masyarakat, dan di sisi lain terdapat ketidaksepakatan keyakinan dan sekte yang mengakibatkan kehidupan menjadi sulit. Di bawah kondisi yang sedemikan itu, umat manusia benar-benar mencari suatu jalan keluar.

Sang Juru Selamat yang dinantikan umat setelah waktu yang lama adalah Yesus (as). Atas kehendak Allah, Yesus (as) dapat berbicara ketika masih berada dalam buaian dan kemudian memberitahukan kepada umat manusia bahwa Al-Masih (Sang Juru Selamat) yang mereka nantikan telah tiba. Yang terjadi kemudian, banyak yang menaruh harapan kepadanya untuk mendapatkan petunjuk darinya.

Walaupun demikian, ada juga beberapa orang tidak menerima Yesus (as). Para pendukung kekafiran pada saat itu, khususnya, menganggapnya benar-benar suatu ancaman bagi keberadaan mereka. Karenanya, mereka membuat rencana-rencana untuk membunuhnya dengan segera ketika mereka mendengar kabar tentangnya. Dikarenakan kecemasan hati mereka, rencana-rencana mereka sebenarnya telah berakhir dengan kegagalan sejak awal. Akan tetapi, tetap saja hal tesebut tidak mampu menghentikan rasa permusuhan mereka kepada Yesus (as) dalam menjalankan misinya.

Meskipun demikian, mereka yang melakukan reaksi tehadapnya tidak terbatas pada kaum kafir saja. Selama periode tersebut, disebabkan beragam alasan, mayoritas para rabi Yahudi melakukan perlawanan terhadap Yesus (as) dengan anggapan bahwa dia melakukan penghapusan terhadap agama mereka. Tentu saja, dengan tindakan mereka tersebut, mereka telah menjadi bagian dari kaum kafir karena sikap oposisi mereka kepada seorang utusan Allah. Apa yang telah dilakukan oleh Yesus (as), sebenarnya hanyalah menyeru umat manusia kepada agama orisinal dan menghapus aturan-aturan yang salah yang diperkenalkan kepada kaum Yahudi oleh para rabi itu sendiri. Bani Israel mendistorsi agama mereka dengan melarang apa yang diperbolehkan oleh ajaran yang asli dan memperbolehkan apa yang dilarang olehnya. Dengan cara ini, mereka mengubah-ubah agama yang benar dari semua bid'ah yang dilakukan terhadapnya pada tahap selanjutnya. Yesus (as) menyeru kaumnya kepada Injil, yang mengandung ajaran Taurat yang diturunkan kepada Musa (as). Ayat Al-Qur'an yang menjelaskan ini adalah:

Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Surat Ali Imran: 50)


Dalam ayat yang lain, Allah memberitahukan kepada kita bahwa Injil yang diturunkan kepada Yesus (as) merupakan satu tuntunan kepada jalan yang benar bagi mereka yang mempercayainya dan untuk menolong mereka membedakan antara yang benar dan yang batil. Ia juga merupakan sebuah kitab yang mengandung ajaran Taurat:

"Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel) dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa."
(Surat al-Maa’idah: 46)


Para pemuka Bani Israel memberikan perhatian yang lebih besar kepada aturan-aturan yang telah menjadi tradisi dan meragukan apa yang dibawa oleh Yesus (as). Hal ini karena Yesus (as) tidak memberikan tekanan pada aturan-aturan tradisional, tetapi lebih menyeru manusia kepada ketaatan kepada Allah, penolakan terhadap dunia, keikhlasan, persaudaraan, dan kejujuran. Menghadapi suatu perbedaan pemahaman agama tersebut, kaum Yahudi merasa frustasi terhadap yang disampaikan oleh Yesus (as). Dalam Al-Qur'an, Allah memberikan catatan bagaimana Yesus (as) menyampaikan perintah-perintah Allah SWT:

Dan tatkala Isa membawa keterangan dia berkata, "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku". Sesungguhnya Allah Dia-lah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang terdapat) di antara mereka; lalu kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang zalim yakni siksaan hari yang pedih (kiamat). (Surat az-Zukhruf: 63-65)


Keikhlasan dan sikap yang berbeda yang dimiliki oleh Yesus (as) telah menarik perhatian manusia. Jumlah para pengikutnya semakin bertambah.







"Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui jalan orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang yang mendapat hidayah petunjuk."
(Surah an-Nahl: ayat 125)

Mukjizat-Mukjizat Yesus A.S

Atas izin Allah, Yesus (Isa) (as) mempunyai banyak mukjizat lainnya selain dilahirkan dari seorang gadis dan pemberitahuannya tentang kenabiannya ketika masih bayi dalam buaian. Pada kenyataannya, kedua keajaiban ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa Yesus (as) adalah seorang yang di luar kebiasaan manusia umumnya.

Singkatnya, hanya satu keajaibanlah yang dapat membuat seorang bayi yang baru dilahirkan berbicara dengan begitu rasional dengan penuh keimanan:

(Ingatlah), ketika Allah mengatakan, "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus.. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) ketika Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil...." (Surat al-Maa’idah: 110)


Dalam Al-Qur'an, mukjizat-mukjizat Yesus (as) digambarkan sebagai berikut:

…Dan (sebagai) rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka), "Sesungguhnya, aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhan-mu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah sebagai bentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka dia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya, pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman. (Surat Ali Imran: 49)


Meskipun semua peristiwa yang di luar kebiasaan tersebut telah terjadi, beberapa orang secara arogan telah menolak mukjizat-mukjizat Yesus (as) tersebut dan mengatakan bahwa semua itu adalah sihir belaka.






"Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui jalan orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang yang mendapat hidayah petunjuk."
(Surah an-Nahl: ayat 125)

Yesus A.S Berbicara Ketika Masih Dalam Buaian

Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. (Surat al-Anbiyaa': 91)


Satu peristiwa yang Allah ujikan kepada kaumnya, Maryam adalah kelahiran Yesus (Isa) (as). Kelahiran ini, yang merupakan peristiwa aneh bagi umat manusia, adalah suatu ujian baik bagi Maryam maupun bagi kaumnya. Pada kenyataannya, cara Yesus (as) dilahirkan merupakan suatu keajaiban yang Allah lakukan untuk menyeru umat manusia kepada keimanan yang benar dan satu dari banyak bukti eksplisit dari eksistensi Allah. Akan tetapi, manusia masih saja gagal untuk menangkapnya dan masih menaruh rasa curiga:


Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan suatu perbuatan yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah orang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina." (Maryam: 27-28)


Sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat di atas, saat kembalinya Maryam kepada kaumnya dari tempat yang jauh bersama Yesus (as) kaumnya tidak memperkenankannya untuk memberikan suatu keterangan. Mereka berasumsi bahwa Maryam telah melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan mengejutkan serta memfitnahnya dengan cara yang keji. Meskipun demikian, mereka yang menyebarkan fitnah-fitnah tentang Maryam ini telah mengetahui keadaan Maryam dari sejak ia dilahirkan dan menyadari kesucian serta ketakwaannya, seperti anggota-anggota keluarga Imran lainnya.

Pastilah, semua cercaan dan fitnahan ini merupakan suatu ujian bagi Maryam. Ini membuktikan bahwa seorang manusia, yang begitu suci dan saleh, tidak akan melakukan perbuatan keji seperti itu. Ini hanyalah sebuah ujian bagi Maryam. Dari sejak Maryam dilahirkan, Allah selalu menolongnya dan memalingkan semua yang dilakukannya kepada kebaikan. Maryam, pada waktu kembali, menyadari bahwa setiap peristiwa yang terjadi merupakan kehendak Allah dan hanyalah Allah yang dapat membuktikan ketidakbenaran dari fitnah-fitnah ini.

Tentu Allah memberikan ketenangan pada diri Maryam dan memberikannya ilham untuk tetap diam. Allah memerintahkannya untuk tidak berbicara dengan kaumnya, tetapi agar menunjuk Yesus (as) jika mereka mendekatinya dan berusaha untuk menuduhnya. Dengan cara ini, Maryam telah menghindari berbagai rintangan seperti suatu diskusi yang mungkin terjadi. Orang yang akan memberikan jawaban yang akurat kepada mereka adalah Yesus (as). Ketika Allah memberikan kabar gembira akan kelahiran Yesus (as) kepada Maryam, Dia juga memberitahukannya bahwa dia akan berbicara dengan jelas ketika masih di dalam buaian:


Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang yang saleh. (Surat Ali Imran: 46)


Selanjutnya, Allah menjadikan semuanya lebih mudah bagi Maryam dan memberikan keterangan yang benar kepada kaumnya Maryam melalui kata-kata Yesus (as). Dengan keajaiban ini, upaya orang-orang kafir yang ada di sekeliling Maryam secara otomatis mengalami kegagalan.

Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih berada dalam ayunan?" Berkata Isa, "Sesungguhnya, aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku masih hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali." (Surat Maryam: 29-33)


Tidak diragukan, seorang bayi yang berbicara dengan sangat fasih ketika masih dalam buaian merupakan suatu keajaiban. Kaum Maryam merasa heran mendengar kata-kata hikmah dari seorang bayi yang masih berada dalam buaian dan kejadian ini membuktikan kepada mereka bahwa kelahirannya merupakan suatu keajaiban. Semua peristiwa yang mencengangkan ini menunjukkan bahwa bayi yang masih berada dalam buaian tersebut adalah seorang utusan Allah.

Ini merupakan balasan yang Allah berikan kepada Maryam atas kepercayaan yang ia berikan kepada-Nya. Dengan menunjukkan keajaiban yang mengejutkan seperti itu, ia memberikan respons terhadap orang-orang yang memfitnahnya. Walaupun demikian, Allah memberitahukan kepada kita bahwa azab yang pedih menanti mereka yang tidak mau menghilangkan pikiran buruk tentang Maryam dibandingkan mempercayai keajaiban ini:

Dan karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan besar (zina). (Surat an-Nisaa: 156)






"Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui jalan orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang yang mendapat hidayah petunjuk."
(Surah an-Nahl: ayat 125)

Yesus A.S Adalah Kalimat Allah

Dalam Al-Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita terhadap fakta bahwa dari sejak kelahiran hingga kematiannya, Yesus (as) memang sangat berbeda dengan seluruh manusia pada umumnya di muka bumi. Al-Qur'an menegaskan bahwa kelahirannya dari seorang gadis, satu bentuk penciptaan yang kita tidak terbiasa dengan hal tersebut. Sebelum kelahirannya, Allah memberitahu ibunya tentang sifat-sifat yang dimiliki Yesus (as) termasuk bahwa dia diutus sebagai seorang penyelamat (Messiah) kepada Bani Israel. Dia juga dijuluki "Kalimat Allah":


Sesungguhnya, Al-Masih, Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya… (an-Nisaa: 171)



(Ingatlah) ketika Malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). (Surat Ali Imran: 45)


Allah telah memberikannya nama sebelum kelahirannya, sebagaimana Dia perbuat kepada Yahya a.s. Biasanya, anggota keluarga yang memberikan nama kepada anak-anaknya, namun tidak demikian pada kasus Yesus (as).

Allah-lah yang memberikannya nama Al-Masih, Yesus (Isa) putra Maryam. Ini merupakan suatu indikasi eksplisit bahwa Yesus (as) diciptakan secara berbeda dari seluruh manusia lainnya.

Tentulah, seperti kelahirannya, keajaiban yang dialami selama hidupnya dan cara dia diangkat keharibaan Allah merupakan tanda-tanda perbedaan dari manusia lain pada umumnya.






"Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui jalan orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang yang mendapat hidayah petunjuk."
(Surah an-Nahl: ayat 125)

Kelahiran Yesus A.S

Sebagaimana yang dikenal luas, kelahiran merupakan suatu proses yang menuntut banyak perawatan. Melahirkan seorang bayi tanpa kehadiran seorang yang berpengalaman dan perawatan medis adalah sesuatu yang sulit. Meskipun demikan, Maryam, yang melakukan semuanya sendirian, telah berhasil melahirkan seorang bayi. Sebuah ungkapan terima kasih atas kesetiaanya kepada Allah dan atas keyakinannya kepada-Nya.

Ketika mengalami rasa sakit yang luar biasa, Allah memberikan ilham dan instruksi pada setiap tahapnya. Dalam hal ini, ia telah melahirkan anaknya tanpa kesukaran dan pada lingkungan yang terbaik. Ini merupakan nikmat yang diberikan kepada Maryam:


Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pohon kurma, dia berkata, "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan."

Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.

Maka makan, minum dan bersenanghatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini.’" (Surat Maryam: 23-26)








"Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik; sesungguhnya Tuhanmu Dialah jua yang lebih mengetahui jalan orang yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang yang mendapat hidayah petunjuk."
(Surah an-Nahl: ayat 125)

 
Dear Diary Blogger Template